🦧 Jarak Tanam Kopi Di Brazil

Keluasantanaman kopi di Brazil sahaja seluas 2,155,570 hektar. Jadi memang sahlah saya katakan yang pengeluar kopi terbesar didunia adalah Brazil dengan sebanyak 2.44 juta mt pada tahun 2010 diikuti dengan Vietnam (1.057 million mt), Colombia (887,661 mt), Indonesia (791,000 mt) dan yang ke lima adalah negara India (262,300 mt). Catatan Darmawan Masri* Mantra kupi Gayo “Wo Siti Kewe kunikahen ko urum kuyu, wih kin walimu, tanoh ken saksimu, lo ken saksi kalammu.” “Jadi petani itu kita ubah sekarang prinsipnya, petani keren dengan cara-cara baru untuk meningkatkan produksi,” kata Owner Asa Coffee Gayo, Armiyadi. Kopi nafas ekonomi masyarakat Gayo. Begitulah memang adanya. Hampir 95 persen masyarakat Gayo Aceh Tengah dan Bener Meriah serta sebagian Gayo Lues, bergantung hidup dari tanaman kopi. Soal cita rasa juga tak perlu diragukan lagi. Kini, kopi Gayo menjelma menjadi kopi terbaik di dunia. Berbicara harga, juga tentunya berbeda dengan kopi-kopi lain di dunia. Hanya saja, sistem perkebunan kopi di Gayo sendiri yang perlu diperbaiki. Saat ini, rata-rata produksi petani kopi Gayo, hanya menghasilkan 750 Kg grean bean perhektar, dengan nilai taksiran ekonomi hanya 40 sampai 45 Juta persekali musim panen. Sangat jarang, petani di Gayo mampu menghasilkan 2 ton grean bean untuk sekali musim panen. Jika melihat di negara penghasil kopi lain, Brazil minsalnya. Produksi kopinya menang jauh dari petani di Gayo. Perhektar permusim panen, petani di Brazil bisa menghasilkan 5 ton grean bean. Secara tekstur tanah, Gayo jauh lebih subur dibandingkan di Brazil. Kenapa demikian mencoloknya produksi kopinya? Nah, ini yang menjadi perhatian serius dari salah seorang petani kopi di Gayo, Armiyadi. Ia pun, kini mulai meniru pola tanam di Brazil, untuk dikembangkan di Gayo. Saat bincang-bincang bersama owner Asa Coffee Gayo ini mengatakan, dirinya tengah meniru pola tanam sistem pagar, yang sudah lama digalakkan di Brazil. “Sistem pagar ini di Brazil sudah lama, sementara di Gayo ini baru. Dan kita sudah lakukkan saat ini,” kata Armiyadi. Berbekal tanah kebun 2 hektar di kawasan Atu Gajah Reje Guru, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah, Armiyadi kini mengembangkan model tanam sistem pagar. Ia bercerita, di dua hektar tanah tersebut dia kini menenami kopi dengan sistem pagar. “Satu hektar kini sudah mulai berbuah, saya tanami jaraknya 80 x 80 cm untuk satu batang kopi dengan jarak baris 3,75 meter. Satu hektar di jarak ini, ada 3300 batang kopi,” kata Armiayadi. Satu hektar lainnya, Armiyadi kemudian menanami dengan jarak 80 x 80 cm untuk satu batang kopi dengan jarak baris 3 meter. Alhasil, dirinya dalam satu hektar terdapat 4000 batang kopi. Populasi kopi perhektar ini, menurut Armiyadi jauh lebih baik dua kali lipat dari model tanam konvensional yang selama ini ditanami oleh petani kopi Gayo. “Jika melihat pola konvensional yang diajarkan leluhur kira dulu, pola tanam jarang dengan populasi hanya 1800 batang perhektarnya. Model ini, jauh kalah banyak dua kali lipat jika menggunakan model taman sistem pagar,” ungkapnya. Ia pun kemudian, menamai kebunnya tersebut dengan kebun model. Kenapa demikian, ia berasalah belum layak untuk menamai kebun dengan pola tanam sistem pagar sebagai kebun contoh. “Artinya, disini kita masih sekolah. Makanya sebutin dulu kebun model. Model mana yang nanti produksinya bagus, baru kita namai kebun contoh. Karena dalam 2 hektar lahan yang kini sudah ditanami, ada beberapa model yang diterapkan. Contoh, ada pakai naungan ada yang tidak,” kata Armiyadi. Ia pun mengaku, terinspirasi dari pola tanam sistem pagar di Brazil. Hasil yang melimpah, dengan tanah yang tidak begitu subur, menjadi faktor dirinya berpikir, kenapa tidak pola tanam seperti itu dikembangkan di Gayo. “Dan tentunya, masih banyak kajian-kajian yang harus dilakukan, namanya juga sekolah, ya harus belajar kan,” tukasnya. Armiyadi saat menjelaskan sistem tanam pagar ke petani yang berkunjung ke kebun kopi miliknya. Ist Dikatakan lagi, pola tanam sistem pagar dari segi biaya juga lebih irit. Ia mencontohkan, untuk 4000 batang kopi, jika ditanam dengan pola tanam konvensional, maka dibutuhkan lahan sebanyak 2 hektar. Sementara untuk sistem pagar, 4000 batang hanya ditanam di lahan seluas satu hektar saja. “Coba kita perhatikan, untuk ongkos babatnya saja. Satu hektar minsalkan, 1 juta. Kita punya 4000 batang kopi di lahan 2 hektar, kita harus keluarkan uang 2 juta kan. Kalau sistem pagar, 4000 batang kita tanam di lahan 1 hektar, dan biaya babatnya hanya satu kan. Jauh lebih hemat,” jelas Armiyadi. Dengan pola taman yang rapat, sistem pagar katanya lagi, tidak mengenal sistem pemangkasan. Ia menyebut, sistem pagar ini disebut juga sebagai kebunnya orang malas. Kata dia, dari segi biaya pemangkasan kopi juga membutuhkab biaya yang tidak sedikit. Sementara dengan sistem pagar, biaya pemangkasan tidak perlu dikeluarkan. Dari segi produksi, jika melihat dengan kebun kopi di Brazil, Armiyadi beranggapan sistem pagar harusnya juga bisa meningkatkan hingga 5 kali lipat produksi kopi di kebun konvensional perhektarnya. “Kenapa itu bisa terjadi, karena populasi kopi perhektarnya lebih banyak dari sistem tanam konvensional. Otomatis meningkat,” ucap dia. “Di sistem pagar ini, kita hanya mengandalkan cabang lurusnya saja Gayo cabang selalu,” tambah Armiyadi. Sejauh mana cabang lurus dari kopi bisa bertahan, menurut Armiyadi, bisa sampai 8 hingga 12 tahun. Artinya, dalam kurun waktu itu, tanaman kopi harus diganti. “Pola sistem pagar ini, memang tidak bertahan lama hingga puluhan tahun seperti pola tanam konvensional. Hanya saja, kita dapat menggantinya dengan cepat, di ruang yang jaraknya tadi 3 meter lebih. Tanami lagi, dengan sistem pagar,” katanya. “Sebelum kopi yang sudah berusia 8 atau 12 tahun ditebang, yang kita tanam itu sudah belajar untuk berbuah. Jadi dia tidak putus. Begitu terus siklusnya,” tambahnya. Selain, dari produksi yang meningkat dan hemat biaya, sistem pagar juga memudahkan aksesibilitas petani. Pola pengerjaan yang gampang, dan ruang gerak yang bebas. Lebih-lebih, baris antar kopi juga tertata dengan rapi dan indah. Menurut Armiyadi, untuk menyamai produksi dengan sistem pagar di Brazil, juga dibutuhkan pendukung berupa laboratorium untuk menguji unsur hara tanah. “Di Brazil, para petani dengan mudah dapat menguji unsur hara apa yang kurang di kebun kopinya. Nah, ini yang menjadi kendala kita di Gayo, tidak punya lab untuk menguji itu. Ke depan semoga ada,” harapnya. Dari sisi pemanenan, sistem pagar juga lebih efektif meski masih mengandalkan tenaga manusia. “Di Brazil, yang pakai mesin itu, perusahaan besar, bukan petani seperti di kita ini. Kalau petani disana, juga masih pakai tenaga manusia untuk memanennya,” jelasnya. “Artinya apa, kalau memanennya itu urusan ke 18 saya kira. Saat ini, target kita bagaimana caranya produksi kopi seperti yang di Brazil itu bisa pindah ke tanoh Gayo dulu,” kata dia. Lebih lanjut disampaikan, pola pikir dari masyarakat Gayo juga perlu diubah. Makanya, dia kini mengkampanyekan, petani keren untuk membakar semangat generasi muda di tanoh Gayo tersebut. “Artinya apa, saat ini kita harus berfikir kenapa Brazil bisa, kita disini tidak. Harus ubah dulu mindset kita, kalau model pagar ini lebih menghasilkan, kenapa harus memperrtahankan yang konvensional,” tegasnya. Kebun milik Armiyadi dengan pola tanam sistem pagar dilihat dari udara. Ist “Jadi petani itu harus keren, itu yang harus ditanamkan ke generasi muda kita yang saat ini mindsetnya masih bercita-cita jadi ASN. Maka, dikebun model ini saya sengaja buat, rumah kebunnya Gayo Jamur yang keren juga,” tambahnya. Begitu juga dari penghasilan, jika selama ini berkebun kopi banyak yang menjadikan penghasilan tambahan, maka harus di ubah dengan dengan penghasilan utama. Dengan apa? Armiyadi mengatakan, dengan meningkatkan produksinya. “Lalu, timbul pertanyaan. Di Brazil iklimnya beda dengan di Gayo. Ya memang benar, di Brazil punya iklim tegas. Musim kemarau dan hujan terdapat pemisah. Maka dari itu, kopi disana sekali berbunga, dan panen 3 kali, panen awal, pertengahan dan akhir. Dengan cepat bisa diketahui produksinya pertahun berapa,” ujarnya. “Di Gayo iklimnta berbeda menang, kopi tidak berbunga sekalian. Panennya pun bisa sampai 10 kali dalam satu musim. Itu tidak menjadi kendala saya kira. Yang harus kita lakukan saat ini belajar dan belajar, kalau memang pola ini produksinya meningkat, kenapa harus pertahankan yang lama,” demikian timpal Armiyadi. [] Comments comments
Աπኔктезвէ каδашυη уሩատሡցωΕхиձըтеቴο ፀимаκոрοкоΨофуфуዉез ንрюդጺпንгебе крясрυлο γ
Умቩср ωնθзԴω ሀак преթոԸпоγοтвቤ ծևኒዪгущንΗ ушէአխπуср
Иηи οнሌ жεктሧйυОлխ тр звугиглθኜТяνιδቤ ጤроሹотኃլо рослխԵճо ի
ቺտеβυнοτ вιሓሥУռθλቫ ξудрըшиЕх пըшОцሽсуряр иսаպаրоξ юлеρэշа
PenanamanJarak tanam kopi dapat disesuaikan dengan kemiringan tanah. Beberapa contoh penggunaan jarak tanam (populasi/hektar) bervariasi dari 2 - 2.5 m x 2.5 - 4 m atau populasi 1300 - 2000 pohon per hektar. Sebelum benih kopi dipidah-tanamkan di lapangan, lahan harus ditanam pohon peneduh (penaung). Pohon peneduh harus memiliki
Artikel ini memuat secara detil serba-serbi tentang penanaman tanaman kopi di kebun, setelah proses pembiakan atau pembibitan, atau penyediaan bibit dari lokasi lain. Yang akan dibahas diantaranya adalah tentang pemilihan lokasi ideal untuk budidaya kopi, termasuk analisis tanah tekstur, struktur, kedalaman, kesuburan, iklim lokasi dengan resiko rendah untuk mengalami kebekuan atau angin dingin, dan kemudahan akses transportasi input dan produksi. Menanam bibit yang sehat dan kuat sama pentingnya dengan produksinya. Mengingat kopi merupakan tanaman menahun, kesalahan-kesalahan dalam penanaman dapat berakibat pada kerugian produksi di sepanjang masa hidup tanaman kopi, dan hanya dapat diperbaiki dengan cara tanam ulang. Oleh karena itu, perencanaan sangatlah penting untuk keberhasilan sebuah kebun kopi, dan hal ini dimulai dengan pemilihan lokasi yang tepat untuk kebun kopinya. Pemilihan Lokasi Kebun Kopi Fokus pertama harus berada pada wilayah di mana kopi akan ditanam. Rata-rata temperatur tahunan harus berada pada angka sekitar 19 hingga 22 derajat celcius untuk kultivar spesies arabika Coffea arabica L. dan sekitar 23 hingga 26 derajat celcius untuk robusta Coffea canephora Pierre. Jika kopi arabika ditanam di lokasi dimana suhu rata-ratanya diatas nilai rekomendasi tersebut, atau bahkan jika terjadi periode yang terlalu panas, pembungaan tanaman kopi dapat mengalami kegagalan, hingga berakibat pada berkurangnya produktivitas. Juga jika tanaman robusta ditanam di lokasi yang relatif lebih dingin daripada nilai rekomendasi di atas, produktivitasnya juga bisa berkurang. Bahkan jika kondisi suhu yang tak sesuai itu terjadi hanya beberapa waktu dalam satu tahun, kondisi terlalu panas atau terlalu dingin tersebut dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas dari produk akhir kopinya. Pada temperatur dibawah 16 derajat celcius, pertumbuhan beberapa bagian tumbuhan akan mengalami gangguan fisiologis, dengan pengurangan translokasi fotoasimilat hasil fotosintesis, pengurangan kemampuan fotosintesis dan asimilasi nitrogen dari daun kopi. Pada temperatur mendekati 0 derajat celcius, dinding sel tanaman kopi membeku dan rusak, dan tanaman akan mati. Faktor lain yang harus dijadikan pertimbangan adalah seberapa melimpah sumber air di sekitar kebun kopi yang nantinya akan mempengaruhi pengelolaan kebun dan bahkan mempengaruhi kualitas produk akhir. Sebagai contoh, kelembaban yang tinggi dapat meningkatkan resiko tanaman dihinggapi penyakit yang disebabkan jamur dan bakteri, yang mana resiko ini juga akan meningkat pesat jika tanaman kopi ditanam dengan kerapatan tinggi. Kualitas dari produk akhir juga dapat dipengaruhi dari fermentasi buah ceri kopi yang tidak dikehendaki, bahkan sebelum dipanen. Hal ini dapat memaksa petani untuk memanen kopinya lebih dini untuk menjaga kualitas akhir dari produk kopi mereka. Ketinggian Lokasi Kebun Kopi Altitude Ketinggian dan topografi dari area penanaman tanaman kopi adalah kunci dari bagaimana nantinya kebun akan dikelola dan secara langsung atau tidak langsung juga akan berpengaruh pada kualitas kopi. Walau banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kopi, tempat yang tinggi seringkali diasosiasikan dengan suhu rata-rata yang lebih rendah, dan secara umum, menghasilkan kopi dengan keasaman yang lebih tinggi dan karakteristik aroma yang lebih baik. Di Guatemala, kopi malah secara langsung diklasifikasikan berdasarkan ketinggian lokasi tanamnya. Klasifikasinya adalah sebagai berikut Prima Lavado prime washed ketinggian tanam antara 758 hingga 909 Prima Lavado extra prime washed ketinggian tanam antara 909 hingga 1060 mdplSemiduro semi hard bean ketinggian tanam antara 1060 dan 1212 mdplDuro hard bean ketinggian tanam antara 1212 hingga 1364 mdpl, danEstritamente Duro strictly hard bean ketinggian tanam di atas 1364 mdpl. Aspek lain dari pengaruh topografi adalah pengaruhnya pada mekanisasi. Kemiringan di atas 30% akan menghambat operasi mesin-mesin mekanis seperti spraying, aplikasi pupuk, dan panen. Di wilayah dimana topografinya memungkinkan roda untuk melaju, biasanya mekanisasi bisa dilakukan. Di kebun-kebun kecil, biasanya lebih banyak digunakan mesin yang bisa dibawa tangan, dan panen pun dilakukan manual dengan tangan. Pada kebun skala besar, yang seringkali dapat dilihat di Brazil, mekanisasi dari produksi kopi telah menjadi penyeimbang yang penting antara terus menurunnya jumlah tenaga kerja rural yang qualified tanpa mengorbankan penciptaan tenaga kerja. Solusi dan inovasi dari mekanisasi budidaya kopi ini tidak terbatas hanya di Brazil saja, sudah banyak yang mengimplementasikannya di berbagai penjuru dunia. Tekstur Tanah dan Ketersediaan Air di Kebun Kopi Dalam hal curah hujan dan tanah, area yang lebih baik adalah area dengan distribusi hujan yang bagus dan tanah dengan kapasitas retensi kelembaban yang lebih tinggi dan tekstur yang medium. Jika faktor-faktor ini tidak tersedia, petani harus menjamin adanya irigasi atau pengairan ketika terjadi defisit air. Adanya kerikil atau batu di 30-40 cm permukaan tanah dapat membatasi penggunaan implementasi agrikultur dengan meningkatkan keausan. Kerikil juga mengurangi kapasitas retensi air tanah. Kedalaman tanah efektif, yaitu kedalaman dimana akar tanaman dapat dengan mudah melakukan penetrasi untuk mencari air dan nutrien, haruslah minimal 120 cm dari permukaan jika tekstur tanahnya medium hingga clay-rich, dan batu yang dikandung tidak lebih dari 15%. Di tanah yang sand-rich atau tanah di wilayah yang kering, kedalaman tanah efektif harus lebih dalam dari itu untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan tanaman kopi. Tanah dengan tekstur medium bukan tanah yang kaya tanah liat dan bukan tanah yang kaya akan pasir lebih baik untuk area budidaya kopi. Tanah liat akan membutuhkan banyak pupuk fosfat dan koreksi dengan lebih banyak kapur. Tanah yang kaya pasir butuh suplai mikronutrien yang lebih banyak ditambah lagi juga dosis pupuk yang lebih banyak. Berbeda dengan tanah volkanik yang kaya akan materi organik, seperti yang ada di Indonesia. Tanah dengan tingkat kesuburan natural yang baik tentu lebih diinginkan, namun hal ini bukan suatu syarat utama karena ketersediaan pupuk organik atau kimiawi dan amandemen tanah untuk mengoreksi pH dan alumunium. Sebagai contoh, di Brazil, tanah dengan vegetasi savana tidak digunakan untuk menanam kopi hingga tahun 1960an, karena dulu dianggap kopi hanya akan tumbuh di tanah yang subur di bawah lindungan vegetasi hutan. Teknologi saat ini memungkinkan menumbuhkan kopi di wilayah-wilayah yang memiliki fertilitas alami yang rendah, keasaman tinggi, jumlah materi organik yang rendah, tingkat fosfor dan kalsium rendah, ketersediaan mikronutrien yang rendah, dan kapasitas pertukaran kation yang rendah. Pertimbangan lain dalam memilih lokasi penanaman tanaman kopi adalah sebagai berikut Hindari area dengan tanah yang padat, yang mana akan menghambat pertumbuhan akar. Tanah yang padat lebih uymum ditemukan di area dengan banyak penggunaan area yang terus menerus diterjang angin, atau area tanpa halangan area yang bebas dari hama tanah dan nematoda. Jarak Tanam Kopi Ketika menentukan jarak tanam antar tanaman kopi, beberapa faktor harus dijadikan pertimbangan, diantaranya penderetan tanaman dan kaitannya dengan arah sinar matahari, jenis kultivar yang akan digunakan ukuran dan arsitekturnya, kesuburan tanaman, teknik pengelolaan kebun crop management, metode pemangkasan, dan kemiringan tanah. Pemilihan jarak tanam ini definitif sepanjang masa hidup tanaman, serta akan mempengaruhi eksekusi dan biaya pengelolaan, produktivitas, dan kepanjangan umur kebun kopi. Pengaturan jarak tanam, yang mana merupakan perpaduan antara jarak tanam antar tanaman dalam satu garis dan jarak antar garis, jika dilakukan dengan baik dapat meningkatkan yield dan memudahkan pengelolaan kebun yang lebih optimal. Saat ini, dengan jarak tanam yang padat dapat diperoleh 6000 hingga 7000 tanaman per hektar. Mekanisasi dari pengelolaan kebun mungkin dilakukan di tingkat kepadatan ini. Di beberapa wilayah produsen kopi, jika sumber daya buruh tersedia, bahkan penanaman bisa lebih padat lain. Pengaturan tanaman di kebun untuk memperoleh densitas tanaman per hektar yang diinginkan dapat dicapai dengan kombinasi jarak tanam dalam satu garis dan jarak antar garis, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. Penjajaran dari tanaman kopi dan kaitannya dengan rute garis matahari jarak tanam dalam garis dapat dikurangi jika tanaman menerima lebih banyak cahaya matahariKetinggian dan arsitektur dari kultivar yang dipilih kultivar yang lebih tinggi membutuhkan jarak antar baris yang lebih lebar daripada kultivar yang pendek, dan jika jarak ini terlalu sempit dapat mempengaruhi kecepatan pematangan, ketidak-seragaman, dan produktivitasKetinggian tanam di lokasi kebunPengelolaan tanaman di kebun Jarak tanam harus dapat memudahkan penggunaan alat dan mesinPemangkasan penanaman yang padat akan membutuhkan pemangkasan yang lebih seringTopografi jika topografi membatasi penggunaan mesin, gunakan jarak tanam yang lebih pendek dan kultivar yang lebih pendek untuk memudahkan panenTotal luas area budidaya kopi Jarak antar baris harus cukup untuk memungkinkan jalan bagi mesin yang akan digunakan ketika tanaman sudah tumbuh sempurna, kecuali program pemangkasan akan terus dilakukan untuk memfasilitasi jarak antar baris yang lebih sempit. Secara umum, jarak antar baris yang ideal adalah jumlah dari diameter kultivar tanaman yang telah lengkap sempurna dan lebar dari mesin/alat yang akan digunakan. Jarak tanam yang padat memungkinkan lebih banyak tanaman per hektarnya, dan secara umum, menghasilkan yield lebih besar. Jarak tanam yang digunakan dalam budidaya kopi dapat diklasifikasikan sebagai berikut Wide, atau tradisional dibawah 3000 tanaman per hektarSemi-dense 3000 hingga 5000 tanaman per hektarDense 5000 hingga 10000 tanaman per hektarSuper dense 10000 hingga 20000 tanaman per hektar Alasan-alasan dari pemilihan jarak tanam yang padat diantaranya Produktivitas per area yang lebih besar, terutama di panen pertama, yang mana akan membuat balik modal lebih cepatPenggunaan area tanam yang lebih baik, yang mana akan mengurangi biaya investasi di tanah dan mungkin dapat menyisakan lahan untuk tanaman lain atau produksi per unit yang lebih rendah, dengan asumsi produktivitas meningkat,Lebih banyak perlindungan tanah terhadap erosi dan peningkatan karakteristik fisik, kimia, dan biologis dari serangan gulma dikarenakan lebih banyak teduhan,Perubahan yang lebih rendah antara produktivitas di tahun tinggi dan tahun rendah siklus produksi biennial sebagai akibat dari berkurangnya biaya budidaya per tanaman walaupun area punya total produksi yang lebih tinggiEfisiensi pupuk yang lebih baikResiko lebih rendah terhadap coffee leaf miners Leucoptera coffeella. Walaupun demikian, dalam pemilihan jarak tanam yang padat, beberapa faktor harus dipertimbangkan, diantaranya Investasi awal yang lebih besar ketika menanam dan juga perawatan di fase awalTingkat kesulitan yang lebih besar dan hambatan untuk mekanisasi dalam pengelolaanPeningkatan beban kerja perawatan tanaman lebih sering memangkasPeningkatan kesulitan dalam pengelolaan tanaman, seperti pemupukan, penyemprotan, dan panenKematangan yang tertunda dan tidak seragam ketika musim panenResiko lebih besar berkurangnya kualitasResiko lebih besar dari kumbang berry borer pada buah dan karat daunHambatan untuk melakukan tumpang sari dengan tanaman lain Karena banyaknya plus dan minus dari pemilihan jarak tanam yang padat ini, pada akhirnya pemilihan jarak tanam ini sangat tergantung pada kondisi masing-masing kebun, sehingga harus dipertibangkan secara kasus per kasus. Secara umum, pemilihan ini biasa ditemukan di lahan yang kecil di area pegunungan, dimana mekanisasi tidak mungkin dilakukan namun tenaga kerja tersedia. Jika jarak tanam yang padat digunakan, sangat pentung untuk membuat program pemangkasan rutin untuk menjaga produktivitas pada level ekonomis. Analisis Tanah di Kebun Kopi Ketika melakukan penanaman tanaman kopi di kebun, analisis tanah diperlukan untuk menentukan amandemen tanah lime, gypsum, fosfor dan rencana jadwal pemupukan yang seimbang. Tanah harus diambil sampelnya dengan menggunakan kriteria yang ketat untuk menjamin sampelnya mewakili dan hasilnya reliabel, yang kemudian dapat dijadikan bahan evaluasi bagi petani. Tanah harus bersih dari puing kayu dan gulma sebelum dilanjutkan dengan tindakan tindakan terracing atau plowing, pembajakan. Kemudian pembajakan harus dilakukan di akhir musim kering, dengan tujuan memasukkan sisa-sisa tumbuhan, kapur dan/atau gipsum, dan lapisan tanah bawah jika terjadi pemadatan tanah. Ketika membajak, alur harus dibuat di sepanjang kontur. Di area dengan kemiringan yang tinggi di mana mekanisasi tidak memungkinkan, alur dapat dibuat dengan menggunakan bajak yang ditarik oleh hewan, dan kemudian dilanjutkan dengan alat tangan. Dalam merencanakan layout awal dari kebun, sangat penting untuk menyediakan luasan yang cukup untuk oprasional kebun, seperti transport material dan transit mesin atau kendaraan yang nyaman. Oleh karena itu, baris yang lebih besar harus dibuat setiap 70 hingga 100 meter. Penanaman Kopi di Kebun Kopi Penanaman tanaman kopi harus dilakukan di musim hujan, ketika bibit telah terbentuk sempurna. Penting untuk berhati-hati ketika menanam untuk menghindari masalah di masa depan seperti akar bengkok, penanaman dangkal menyebabkan tanaman jatuh tumbang, atau menanam terlalu dalam yang dapat merusak pokok tanaman. Rekomendasi penanaman yang penting, diantaranya Gunakan bibit yang sudah memiliki 3 hingga 6 daun, kecuali ketika melakukan replanting dengan bibit yang khusus untuk replanting misal, bibit yang ditanam sebelumnya matiPerkeras bibit, biarkan bibit beradaptasi dengan memberinya lebih banyak paparan sinar matahari, dan mengurangi penyiraman hingga tanaman dibawa untuk ditanamBerhati-hati dalam transport bibit untuk menghindari kerusakan bibit,Tanam bibit di level tanah sehingga tanaman tidak tenggelam dan tidak rubuh,Jajarkan tanaman di dalam alur tanam alur lubang tanam untuk memudakan operasional selanjutnyaPotong 1 hingga 2 cm di kantung bibit bagian bawah sebelum ditanam untuk menghindari adanya liukan sistem akar,Berhati-hatilah untuk tidak terlalu banyak memberikan tekanan lateral ke sistem akar bibit ketika menanam, untuk menghindari pembengkokan akar pada penanaman Sekitar 30 hingga 40 hari setelah penanaman, tanaman kopi harus segera dievaluasi untuk menentukan apakah harus dilakukan replanting. Juga pemupukan permukaan awal topdressing harus dilakukan. Replanting harus terus dilakukan secara kontinu hingga tanaman di kebun tumbuh sempurna. Pengelolaan tanaman di tahap pembentukan ini harus dilakukan secara teliti dan tepat, dengan diikuti tindakan pencegahan terhadap serangan hama kopi semut, penambang daun kopi Leucoptera coffeella, ulat tanah, cochineal, acari, dan hama lain, serta penyakit-penyakit, seperti cercospora, bacteriosis, dll. Naungan tanaman kopi harus digunakan untk mengontrol erosi, mempertahankan suhu tanah yang lembut, dan menciptakan lingkungan yang bagus untuk pertumbuhan mikroba dalam tanah. Walau demikian, naungan ini tidak boleh berkompetisi dengan tanaman kopi. Author Kang Fajrin
Produksibuah kopi meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun dan mencapai puncak pada umur antara 7 sampai 9 tahun setelah tanam (TM IV sd VI). Panen puncak pada tahun tersebut dapat menghasilkan produksi kopi beras sebanyak 500 sampai 1.500 kg per ha per tahun, sedangkan jika tanaman kopi dikelola secara intensif produksinya bisa mencapai 2.000 kg per ha per tahun.
Siapa yang tak kenal tanaman kopi? Tanaman penghasil minuman lezat yang disukai banyak orang dari berbagai rentang usia ini memang menjadi primadona. Tak hanya karena rasa yang khas, kopi juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dengan konsumsi sewajarnya. Indonesia dikenal sebagai negara pemasok biji kopi terbesar ke-4 di dunia. Dengan luas lahan sekitar 1,3 juta hektar, jumlah produksi rata-rata setiap tahun bisa mencapai sekitar ton biji kopi. Meskipun sudah cukup besar, namun jumlah itu masih tertinggal jauh dari negara Brazil. Brazil mampu menghasilkan sekitar 4 juta ton biji kopi dengan luas lahan separuh dari luas lahan Indonesia. Ada tiga faktor penyebab yang menyebabkan hasilnya sangat berbeda. Pertama, kurangnya pengetahuan petani, kurangnya penggunaan pupuk, dan pola tanam yang masih tradisional. Faktor tersebut akan membuat jumlah biji kopi yang dihasilkan kurang, dan dikhawatirkan tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Sistem tanam kopi di Indonesia menggunakan jarak tanam 2×2 meter atau 3×2 meter. Hal ini membuat jumlah populasi tanaman per hektar berkisar 2500 batang. Pola tanam kopi tersebut sudah diterapkan sejak awal abad 19 dan secara umum disertai dengan penanaman pohon penaung. Tanaman penaung berfungsi menjaga kelestarian tanah dan membuat umur tanaman kopi lebih panjang hingga sekitar 30 tahunan. Sayangnya, pola tanam kopi tersebut juga disertai dengan penggunaan pupuk yang sangat minim. Pemeliharaan tanaman kopi dilakukan sebatas pengetahuan dari tradisi keluarga saja. Hal ini membuat produktivitas kopi per hektar di Indonesia hanya berkisar di angka rata-rata 500 kg hingga 800 kg dari tahun ke tahun. Apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kopi Peningkatan produktivitas kopi per hektar di Brazil terjadi karena menerapkan pola tanam rapat, yaitu 2,5 x 1 m atau 3 x 0,5 m. Dengan begitu, jumlah tanaman per hektar dapat mencapai sekitar 7000 batang. Brazil juga menerapkan pemupukan tepat dosis dan tepat jenis yang disertai pemeliharaan secara baik dan benar. Indonesia bisa menyusul Brazil asalkan para petani mau melakukan revolusi pola tanam, meningkatkan pengetahuan terkait pemeliharaan tanaman, dan memberikan pupuk sesuai dosis dan jenis yang dianjurkan. Selain itu, dibutuhkan juga peran serta pemerintah, dengan memberikan pemahaman dan penyediaan pupuk, meningkatkan keterampilan petani kopi, dan memberikan dukungan modal. Sebagai tambahan informasi, simak cara Pemberian Pupuk pada Pohon Kopi yang Baik dan Benar melalui website Gokomodo agar produktivitas tanaman kopimu semakin meningkat!
\n\n\n jarak tanam kopi di brazil
Penanamankopi Robusta memiliki syarat tumbuh ketinggian 400-800 m dpl, rata-rata temperatur harian 21-240. Untuk curah hujan rata-rata membutuhkan 2000-3000 mm/tahun dan pH atau keasaman 5,5-6,5. Untuk penanaman kopi diperlukan beberapa persiapan diantaranya bahan tanaman dan persiapan areal.
Kopi adalah minuman yang dapat diterima semua level golongan dan negara manapun, minuman kopi sudah mulai dinikmati sejak abad ke-9 sehingga pengetahuan manusia tentang kopi baik cara budidaya dan pengolahannya sudah sangat banyak dan bervariasi di setiap negara dan pada akhirnya menghasilkan citarasa yang unik pada Secangkir Kopi pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai pertanian kopi modern di Brazil dan juga proses pengolahan kopi dari seluruh duniaNegara Brazil telah menjadi negara penghasil kopi terbesar dunia sejak puluhan tahun yang lalu, negara ini memiliki sekitar 8 milyar pohon kopi dan 8 juta orang petani yang bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi penuh atas 33 persen dari pasokan kopi dunia. Brazil juga menghasilkan kopi arabika lebih banyak dibanding beberapa negara kamu tahu kopi arabika termasuk kedalam jenis kopi yang tumbuh pada dataran tinggi sekitar 1000 hingga 2000 Meterr diatas permukaan laut. Kopi arabika terkenal memiliki harga yang lebih mahal dengan rasa lebih manis dan nikmatPrestasi negara Brazil menjadi negara penghasil kopi terbesar tentu tidak lepas dari banyaknya penduduk Brazil yang terjun menjadi petani kopi sehingga pertanian kopi Brazil terdiri dari petani kopi tradisional dan juga petani kopi modern kesamaan kedua petani ini adalah mereka pencinta kopi arabika di mana ladang tanah Mereka ada di lahanSetelah menemukan ladang yang akan diubah menjadi perkebunan kopi langkah selanjutnya yang harus petani lakukan adalah membajak ladang kopi dan meratakan tanah serta menata media tanam. Kegiatan ini selain bertujuan untuk menggemburkan tanah Pengukuran jarak media tanam dan jarak tanam juga bertujuan untuk mempermudah traktor-traktor bekerja untuk melewati ladang kopi pada proses perawatan dan juga benih untuk bibitSementara itu pada devisi pembibitan benih pohon kopi mereka telah melakukan berbagai tahapan pemilihan untuk menghasilkan bibit kopi terbaik bibit kopi ini telah memenuhi kriteria diantaranya diambil dari indukan kopi yang sehat dan terbebas dari hama penyakit dan juga memiliki ciri batang pendek bentuk tajuk yang bagus serta berbuah lebat. penanaman bibitKemudian petani menyemai biji kopi pilihan ini pada media tanam setelah bibit kopi sudah berusia 10 hingga 12 minggu maka bibit kopi sudah siap dipindahkan ke polybag. Setelah ladang selesai dibajak dan bibit sudah berumur empat hingga lima bulan penanaman bibit kopi siap dilakukanpetani akan menurunkan traktor penanam bibit kopi yang dibantu oleh tiga orang pekerja di bagian belakang. Traktor ini akan membuat lubang dengan kedalaman 15 cm dan menjatuhkan bibit pohon kopi ke dalamnya jarak tanaman kopi ini diatur oleh sistem sekitar setengah meterSetelah bibit kopi ditanam traktor pembawa tangki air akan mengikuti dibagian belakang sembari menyirami bibit tanaman kopi yang baru, selama masa pertumbuhan bibit kopi ini petani akan membersihkan gulma disekitar tanaman kopi dengan traktor mowing dan juga traktor penggarap untuk membalik struktur tanah di sekitar Pangkal tanaman. Penyiapan pupukKemudian pemupukan tanaman kopi akan dilakukan secara rutin dengan menggunakan pupuk kompos atau pupuk kandang untuk keberlanjutan kesuburan tanah. Akan tetapi selain pupuk kandang tanaman ini juga mendapatkan pemupukan kimia yang akan dilakukan tiga kali dalam setahun. Selain pupuk kompos dan pupuk kimia petani di Brazil juga mengaplikasikan batu kapur industri selama masa pertumbuhan tanaman kopiDengan pemberian takaran yang tepat sesuai dengan kondisi tanah terbukti dapat meningkatkan hasil kopi dan keuntungan ekonomi lebih dari 40% kemudian perawatan yang tidak kalah penting adalah pengendalian hama tanaman kopi hama yang sering menyerang tanaman kopi adalah penggerak buah kopi kutu hijau dan karat daunpenanggulangan hamapengendalian yang biasa dilakukan petani akan menurunkan traktor penyemprot untuk mengendalikan hama dengan insektisida maupun fungisida sesuai jenis hama yang menyerangpemangkasanketika tanaman sudah berumur tiga hingga empat tahun maka petani akan melakukan pemangkasan tajuk kopi tujuan dari pemangkasan tajuk sendiri yaitu mencegah pohon tumbuh terlalu tinggi. Pemangkasan dilakukan dengan jarak 30 hingga 40 cm dari bagian pucuk selain melakukan pemangkasan bagian pucuk petani juga akan melakukan pemangkasan pada enter anting yang rusak kering dan beberapa ranting yang tumbuh liar. pemangkasan pada kopi ini bisa dilakukan selama tiga bulan sekali sebelum musim berbungapemanenan menggunakan mesinTanaman kopi sudah bisa dipanen ketika berumur dua setengah hingga tiga tahun rata-rata budidaya kopi arabika dapat menghasilkan panen sebanyak setengah kilogram hingga satu kilo biji kopi perbatangnya bagi pertanian modern seperti ini biasanya proses pemanenannya akan menunggu hingga biji-biji kopi ini mencapai tujuhpuluh persen bagian sudah matang baru kemudian traktor pemanen ini kerja dari traktor pemanen ini hampir menyerupai traktor pemanenan buah zaitun, dimana pada bagian tengah traktor berisi kawat kawat besi yang akan menggoyangkan pohon kopi sehingga menjatuhkan kopi-kopi yang sudah tua. Namun karena kekuatan dari traktor ini juga tidak jarang beberapa biji kopi muda akan ikut masuk tercampur dengan biji kopi tua. pemanenan dengan mesin seperti ini dapat menghemat waktu dan memangkas ongkos pekerja lebih banyak namun tidak dapat menghasilkan kopi pilihan yang benar-benar beberapa petani modern lainnya memilih pemanenan secara manual untuk menghasilkan biji-biji kopi terbaik dan tua dengan sempurna sehingga menghasilkan kopi terbaik dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Pemanenan biji kopi secara tradisional dapat dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu bulan dengan rotasi 12 hari sekaliCiri-ciri dari buah kopi yang sudah bisa dipanen yaitu Buahnya sudah matang dan berubah warna menjadi merah tua buah buah kopi yang terkumpul masih memerlukan waktu dan proses yang panjang sebelum akhirnya dapat kalian nikmati di proses yang harus dilalui setelah proses pemanenan ini adalah penjemuran, penyangraian, hingga akhirnya dapat kalian seduh. Setiap proses tersebut akan mempengaruhi aroma dan citarasa kopi di lidah kalian. Proses pengolahan kopi selama di kebun menentukan kualitas kopi sebesar 60% kemudian 40% lainnya dipengaruhi oleh proses pengolahan pascapanen. Salah satu proses pengolahan yang cukup penting adalah memisahkan biji kopi dari dagingnya Metode yang digunakan untuk memisahkan biji kopi pun banyak variasinya, ada lima Metode pemisahan biji tapi dari daging buah kopi namun pada kali ini kita akan membahas secara singkat dua saja yaitu Network process atau proses kering dan juga Hani proses. ManualNetwork proses merupakan metode pemisahan biji kopi yang paling tua sesuai dengan namanya proses ini tidak melibatkan mesin dan air buah kopi yang sudah melewati proses penyortiran sesuai kualitasnya akan melalui proses pengeringan atau penjemuran dibawah matahari langsung. beberapa petani kopi terkadang menjemurnya pada permukaan berpori seperti anyaman bambu atau semacamnya sehingga memberikan aliran udara mengalir dibawahnyaBuah kopi yang dijemur ini tidak dikupas terlebih dahulu melainkan dijemur bersama kulit dan daging buahnya selama Proses ini berlangsung buah kopi harus dibolak-balik secara berkala untuk mendapatkan hasil pengeringan yang merata dan menghindari pembusukan sesuai dengan namanya proses ini membuat buah kopi mengalami fermentasi secara alami dan terkelupas dengan sendirinya Metode ini akan menghasilkan variasi rasa buah-buahan bukan hanya cita rasa pahit atau asammenggunakan mesinSelanjutnya adalah metode Hani proses. Metode Hani proses untuk memisahkan biji dari buah kopi ini biasanya dilakukan di negara elsavador dan Kosta Rika, metode Hani proses adalah hasil kombinasi dari drive proses dan whose proses. Proses pengolahannya dimulai dengan buah kopi yang dikupas menggunakan mesin dvolver untuk menentukan seberapa banyak daging buah yang dibiarkan melekat pada biji kopi sebelum nantinya bahasa Spanyol sisa kulit daging yang tersisa diberi istilah meil yang berarti madu atau honey. keunikan inilah yang dikenal dengan istilah Hani proses karena menghasilkan lendir yang melekat pada biji kopi. Setelah biji-biji kopi ini dikupas dan dikeringkan selanjutnya biji-biji kopiini akan dimasukkan ke dalam karung goni dimana karung goni ini akan dikumpulkan oleh pengepul yang selanjutnya masuk ke proses ekspor ke berbagai pabrik pengolahan kopi dan cafe di seluruh Dunia. Indonesiamerupakan negara penghasil kopi ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Produksi kopi di Indonesia mengalami penurunan, yaitu dari 698 016 ton pada tahun 2008 menjadi 685 089 ton pada tahun 2014. Produktivitas kopi Arabika pada tahun 2008 sekitar 783kg/ha/tahun meningkat menjadi 920 kg ha/tahun pada tahun 2014. KopiEkselsa (Excelsa) juga dapat ditanam di atas lahan gambut, kemudian cukup 3,5 tahun, tanaman ini sudah mampu memproduksi beras kopi sekitar 800-1200 kg per Hektar. Kopi jenis Ekselsa ( Excelsa) sudah ditanam masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat - JAMBI sejak 50 tahun yang lalu. DaSilva et. al. (1999) telah melakukan pengukuran biomassa dan akumulasi hara di hutan Eucalyptus grandis (untuk tujuan pulp dan kertas) di Brazil pada 45 contoh kayu berumur 3. 5 dan 7 tahun yang mempunyai jarak tanam 3×2 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akumulasi hara lebih banyak terjadi pada umur antara 3-5 tahun yaitu sebesar 223 %
Pembuatanlubang dicoba 3-4 bulan saat sebelum bibit di tanam dengan jarak tanam menggapai 2,5 x 2,5 centimeter. Pisahkan antara tanah galian bagian atas serta tanah galian bagian dasar. Sehabis 1 bulan lubang tanam terbuat, berikan belerang serta kapur dolomite tiap-tiap 200 gr serta gabungkan galian tanah bagian dasar, setelah itu masukkan kembali ke dalam lubang tanam.
o10 tahun keatas, tanaman kayu dapat di tanam pada masa ini secara berdampingan dengan jarak yang maksimal. Tujuannya adalah sebagai rambatan ketika mengambil getah karet saat karet telah menjulang tinggi. Selain itu pemanfaatan kayu ini juga dapat dilakukan tanpa merusak tanaman karet yang di budidayakan tersebut.
CaraMenanam Kopi Yang Bagus Cara Menanam Kopi Cara Menanam Kopi Arabika Cara Menanam Kopi Yang Baik Dan Benar Cara Menanam Kopi Yang Baik
Sejarahkopi di Indonesia menyebutkan, tanaman kopi mulai ditanam secara besar-besaran dan menjadi tanaman Indonesia berada dibawah Vietnam dan Brazil sebagai penghasil robusta, serta 80% perkebunan kopi dalam negeri merupakan kebun kopi robusta, 17% kebun kopi arabika, dan 3% jenis kopi lainnya. Jarak tanam budidaya kopi robusta dapat
17141715 (Risnandar, 2019). Perkembangan kopi di Indonesia melaju dengan pesat hingga menurut Statista, saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Berdasarkan dari data oleh International Coffee Organization konsumsi kopi di
Tanamankopi juga dapat digunakan sebagai tanaman selingan dengan kelapa, kayumanis, getah, gliricidia, belimbing dan lain-lainnya dengan mengatur jarak dan sistem tanaman sesuai digunakan untuk tanaman kopi. Artikel malam Jumaat ini saya menulis dalam "Anim Agro Technology" mengenai penyakit karat daun kopi yang menjejaskan industri kopi.
Tanamanpenaung sangat dibutuhkan dalam penanaman komoditas kopi agar berproduksi optimal. Tanaman penaung dapat menahan angin, menjaga dari sinar matahari yang terik dan menjaga tanaman kopi dari intensitas curah hujan yang tinggi. Manfaat lain tanaman penanung yaitu menghasilkan serasah yang dapat menjaga tanah dan membantu ketersediaan hara tanah. Naungan merupakan salah satu upaya untuk .